LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
SIKLUS HIDUP Drosophila melenogaster
OLEH:
DWI PUTRI AGUSTIN
100210103041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PNGETAHUAN
UNIVERSITAS JEMBER
2011
I. JUDUL :
SIKLUS HIDUP LALAT BUAH
II. TUJUAN :
Ø Mengetahui Siklus Hidup Lalat Buah
Ø Mengetahui Cara Memelihara Lalat Buah
III. DASAR TEORI :
Taksonomi Drosophila sp.
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila melanogaster
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila melanogaster
Drosophila melanogaster adalah jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera, (bangsa lalat). Spesies ini umumnya dikenal sebagai lalat buah dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. Drosophila melanogaster populer karena sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak variasi fenotipe yang relatif mudah diamati. (http://id.wikipedia.org/wiki/Drosophila_melanogaster).
Selain itu, Drosophila juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3, mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).
Drosophila sp. Memiliki mata berwarna merah bata, dan memiliki cincin hitam melingkardi perutnya. Dimorfisme seksual menunjukan tubuh betina lebih besar daripada tubuh jantan. Jantan dengan mudah bisa dibedakan dengan betina dari perbedaan warna, patch hitam diperut, terdapat sexcomb (deretan bulu gelap di tarsus kaki depan) dan memiliki sekelompok bulu runcing (claspers).
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
3. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
4. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
5. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
6. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
7. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Kiri= Drosophila jantan, kanan=Drosophila betina
Lalat Drosophila jantan dan betina dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan morfologinya antara lain dalam hal:
1. Ukuran tubuh
Secara umum betina berukuran lebih besar daripada lalat jantan
2. Abdomen
Ujung abdomen betina agak runcing, sedangkan ujung abdomen lalat jantan agak membulat. Pada lalat betina dewasa abdomen menjadi lebih besar karena berisi telur-telur yang siap dikeluarkan.
BETINA JANTAN
3. Tanda pada abdomen
Haris-garis gelap dan terang yang berjumlah tujuh segmen dapat terlihat pada abdomen lalat betina, sementara pada lalat jantan, beberapa segmen terakhir berfusi sehingga terlihat warna hitam.
4. Sex comb
Lalat jantan mempunyai sisir kelamin, yaitu serabut-serabut bristle pada permukaan distal dari sendi tarsal depan, dan pada lalat betina tidak memiliki sisir kelamin. (Suryo, 2005)
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003).
Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992).
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985).
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut:
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).
Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap. http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner
Determinasi sex
Determinasi seks adalah penentuan jenis kelamin suatu organisme yang ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). Untuk lalat buah dikenal 1 pasang kromosom seks yaitu kromosom X dan kromosom Y. Individu jantan terjadi jika terdapat komposisi kromosom seks XY sedang betina jika komposisinya XX.
Penentuan seks XY ditemukan juga dalam drosophila sp.Dalam sistem ini betina memiliki dua dari jenis yang sama seks kromosom (XX), dan disebut homogamet, sedangkan jantan memiliki dua kromosom seks yang berbeda (XY) dan disebut heterogamete. Sistem penentuan seks XY pertama kali digambarkan secara independen oleh Nettie Stevens dan Edmund Beecher Wilson pada tahun 1905.
Suatu kultur dapat mengalami mutasi oleh mutan lain, bakteri, tungau(acarina) atau jamur. Kultur yang mengalami kontaminasi oleh mutan lain dapat dimurnikan dengan memelihara satu pasang lalat dalam vial untuk dikembangbiakan. Kontaminasi oleh bakteri dan jamur dapat diatasi dengan pemberian antibiotika(dehifrostreptomisin sulfat dan pinsilin G) atau anti jamur(nipagin, tegosept, moldex, asam propionat atau asam benzoat). Memindahkan kultur ke botol media baru dan mensterilkan botol, kertas saring dan sumbat busa sebelum digunakan. Kultur yang terkontaminasi oleh tungau dapat diatasi dengan memelihara 1 pasang lalat buah yang bebas dari tungau dalam vial untuk dikembangbiakan. Kontaminasi tungau juga dapat dikurangi dengan memeberikan asam benzyl benzoate pada rak pemeliharaan dan mempersingkat waktu pemindahan kultur ke media baru. Kertas saring dapat direndam dalam tedion(2,4,5,4 –tetracloro-diphenil sulphone) yang dilarutkan dalam aseton dan dikeringkan sebelum digunakan. (Petunjuk Praktikum Genetika 2011)
IV. METODE PRAKTIKUM:
4.1 ALAT;
§ Kuas
§ Botol Kultur
§ Lup
§ Mikroskop
4.2 BAHAN;
§ Kultur Drosophila melanogaster dari berbagai umur
§ Ether
§ Etherizer
§ Reetherizer
4.3 CARA KERJA;
Memasukkan lalat Drosophila hasil tangkapan ke dalam botol kultur |
Mengamati perubahan yang terjadi pada medium |
Mencatat hasil pengamatan saat terjadi telur, larva, pupa, dan imago (pengamatan secara periodik sekitar 4-6 jam sekali setiap hari). |
V. HASIL PENGAMATAN:
HARI KE | GAMBAR | KETERANGAN |
1 | | Dihari pertama pada botol yang berisi medium dengan 5 Drosophila melanogaster betina dan 1 jantan terdapat telur yang dibagian anterior terdapat tangkai sepasang yang berfungsi mencengah telur tenggelam dalam media. |
2 | | Pada hari kedua berbentuk instar 1 dengan ciri ciri ukuran lebih besar,mengalami pertumbuhan, semula berwarna putih berubah menjadi kekuning kuningan. Perubahan bentuk kulit disaat mengelupas (molting) tidak dapat diamati karena keterbatasan pandang mata dan peralatan yang mendukung. Belum terdapat spirakel anterior |
3 | | Larva instar 2 terbentuk,terjadi perubahan ukuran lebih besar daripada instar 1. Sudah dapat amati adanya spirakel anterior dan molting pada kulit tubuh. Molting terjadi sesuai dengan pertumbuhan ukuran tubuh. |
4 | | Larva instar 3 mulai terbentuk adanya penonjolan sedikit pada bagian abdomen,spirakel anterior nampak, bentuk dan ukuran sudah berubah lebih panjang, warna kuning dan adanya bintik mata dan tubuh membentuk tonjolan tonjolan |
5 | | Setelah tahap instar 1-3 selesai, terjadi perubahan yang semula larva instar→ prepupa warna putih agak memudar,letak spirakel teerbalik,bagian abdomennya terbentuk,sedikit tampak sekat sekat pada tubuh dan bentuk tubuh mulai berkembang. |
6 | | Hari ke enam pada tahap/fase pupa fase ini letak pupa menempel tidak bergerak dan diam sebagai persiapan menuju proses metamorphosis menjadi lalat dewasa. Kepala,abdomen,sekat tubuh nampak keseluruhan warna kecoklatan. |
7 | | Sudah terbentuk lalat muda (imago). Warna imago kehitaman terbentuk sayap. |
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan pada Drosophila melanogaster mengenai siklus hidupnya. Siklus hidup lalat buah ini dapat dengan mudah untuk diamati. Awalnya kami menagkap Drosophila melanogaster dengan menggunakan buah buahhan, kami memancing Drosophila melanogaster dengan meletakkan buah mangga dan tape pada botol air minum yang dibelah. Tidak lama setelah peletakan mangga dan tape dalam botol air minum itu maka Drosophila melanogaster sudah mulai banyak yang berdatangan. Drosophila melanogaster yang berhasil kami tangkap kemudian kami bawa untuk dilakukan pengamatan di laboratorium dengan menutup botol secara perlahan menggunakan plastic.
Kami melakukan pengamatan untuk membedakan jenis kelamin Drosophila melanogaster jantan dan betina, kami membius Drosophila melanogaster hasil tangkapan kami menggunakan kapas yang telah ditetesi ether. Selain menggunakan larutan ether untuk membius Drosophila melanogaster dapat pula menggunakan bahan pengganti seperti alcohol, minyak kayu putih atau parfum. Pada pembiusan perlu ke hati hatian karena dikhawatirakan Drosophila melanogaster tersebut mati karena over dosis. Pembiusan bertujuan untuk memudahkan dalam pengamatan.
Seperti yang telah dijelaskan pada buku petunjuk praktikum maka kita dapat mengetahui jenis kelamin Drosophila melanogaster dengan melakukan pengamatan mengenai ciri cirinya yaitu jika Drosophila melanogaster betina ukurannya lebih besar daripada Drosophila melanogaster jantan. Dapat dilihat pada bagian ujung abdomennya jika membulat dan tumpul serta memiliki abdomen yang sempit dan berbentuk silindris itu menandakan Drosophila melanogaster tersebut bekelamin jantan. Tapi jika ujung abdomennya mamanjang dan meruncing serta abdomennya membesar dan membentuk oval itu artinya Drosophila melanogaster tersebut betina. Warna tubuh jantan lebih dominan warna hitam jika dibandingkan dengan betina. Pada Drosophila melanogaster jantan terdapat 5 pita hitam yang meluas hingga bagian ventral dan pada Drosophila melanogaster betina terdapat 7 pita hitam yang hanya ada di bagian dorsal. Pada Drosophila melanogaster jantan juga memiliki sex comb atau sisir kelamin berupa 10 rambut kaku. Menggunakan dasar dasar tersebut maka kita dapat memperoleh mana yang jantan dan betina.
Setelah mengetahui jenis kelamin Drosophila melanogaster jantan dan betina maka kelompok kami memperoleh 5 Drosophila melanogaster betina dan 1 Drosophila melanogaster jantan yang dimasukkan kedalam botol media untuk kemudian dapat diamati siklus hidupnya selama beberapa hari.
Untuk media kami tidak ikut membuat karena yang membuat media adalah para asisten,namun kami mengetahui bahan dasar apa yang digunakan berdasarkan dari buku petunjuk praktikum genetika, bahan utamanya yaitu pisang yang dilumatkan bersama tape atau menggunakan ragi,media tersebut juga mengandung agar agar dan bahan bahan lainnya.kerena keterbatasan bahan yang ada di laboratorium kami maka asisten menyebutkan bahwa memang media tersebut tidak diberi bahan yang bertujuan untuk mencegah pertumbuhan jamur seperti nipagin dan lain lain. Jika mungkin diberi itupun dengan kadar yang sedikit atau tidak sesuai. Oleh karena itu pada media yang kami peroleh memang banyak sekali di tumbuhi jamur berwarna putih dan kehitaman sehingga dapat mengganggu pengamatan. Pertumbuhan jamur ini juga dapat disebabkan karena kurang sterilnya peralatan seperti botol,atau dapat pula dikarenakan penyimpanan dalam kulkas yang kurang lama.
Berdasarkan hasil pengamatan kami mendapatkan pada hari pertama sudah mulai terdapat telur berwarna putih yang setelah diamati lebih teliti maka pada bagian anterior telur tersebut terdapat sepasang tangkai kecil seperti sendok yang menurut buku petunjuk praktikum sepasang tangkai itu bertujuan agar telur tidak tenggelam dalam media yang terlalu lunak. Di hari kedua nampak ukurannya menjadi lebih besar dari sebelumnya. Pada waktu hari pertama warnyanya putih maka sekarang warnanya menjadi kekuningan. Sudah mulai bergerak gerak, Perubahan bentuk kulit disaat mengelupas (molting) tidak dapat diamati karena keterbatasan pandang mata dan peralatan yang mendukung. Belum terdapat spirakel anterior. Ini disebut larva instar 1. Pada hari ketiga adalah terbentuknya larva instar 2 yang menurut pengamatan maka ukurannya lebih besar daripada sebelumnya. Terdapat spirakel anterior. Di hari keempat ada larva instar 3. Pada bagian abdomen terjadi penonjolan sedikit. Spirakel anterior nampak, bentuk dan ukuran sudah berubah lebih panjang, warna kuning dan adanya bintik mata dan tubuh membentuk tonjolan tonjolan. Untuk dihari kelima maka warnanya menjadi putih agak memudar,letak spirakel terbalik,bagian abdomennya terbentuk,sedikit tampak sekat sekat pada tubuh dan bentuk tubuh mulai berkembang. Dari fase fase sebelumnya larva instar ini bergerak namun pada hari keenam yang dinamakan fase pupa ini sudah tidak bergerak, menempel dan diam sebagai persiapan menuju proses metamorphosis menjadi lalat dewasa. Pupa ini mempel pada kertas pupasi atau kertas saring juga ada yang menempel dinding botol. Pupa ini telah memperlihatkan kepala,abdomen, sekat tubuh yang nampak secara keseluruhan dan warnanya menjadi coklat. Di hari ke7 inilah telah terbentuk lalat muda atau imago. Warna imago ini kehitaman dan terbentuk sayap.
Perlu diingat bahwa pada saat melakukan pengamatan siklus hidup ini, maka lalat buah induknya atau yang awal kita tangkap itu harus dilepaskan setelah telur telur itu terlihat sehingga tidak membingungkan kita dalam pengamatan. Serta lalat yang nantinya terlahir bisa dikatakan perawan.
Untuk hasil siklus hidupnya tidak sesuai seperti teori yang menyebutkan lama siklus hidupnya berkisar 8 sampai 15 hari. Sedangkan pengamatan kita hanya 7 hari saja. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini salah satunya karena faktor kurang telitinya praktikan dalam mengmatinya kerena kesibukan praktikan maka tidak bisa mengamati siklus dan perkembangannya secara lebih detail, sehingga hanya diambil garis besarnya saja.
Jika diamati dari tempat kultur yaitu menggunakan botol selai,karena botol ini ukurannya pas tidak terlalu kecil atau besar,lubangnya juga sangat cocok karena tidak terlalu lebar sehingga dapat ditutup menggunakan sumbat busa. Maksud dari pemberian sumbat busa adalah mencegah agar Drosophila melanogaster tidak dapat keluar dari botol kultur namun udara tetap bisa masuk. Tutup busa ini juga dapat melindungi botol kultur agar tidak terkontaminasi dari bakteri atau lain lain yang berasal dari lingkungan luar. Di dalam botol kultur terdapat media sebagai makanan bagi Drosophila melanogaster ini, seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa media ini berasal dari bahan utama pisang dan tape atau ragi serta bahan tambahan lainnya. Kertas saring atau kertas pupasi yang diletakkan di atas media ini tujuannya adalah sebagai tempat melekatnya pupa pupa selain itu kertas ini berfungsi untuk menyerap air atau cairan yang berlebih dimedia, karena jika media terlalu cair atau lembek maka ini akan berbahaya bagi Drosophila melanogaster itu sendiri yang dapat menyebabkan lalat ini mati karena tubuhnya terendam atau terjebak pada media yang terlalu lembek atau cair.
VII. KESIMPULAN
· Siklus hidup Drosophila melanogaster yang kami amati memiliki siklus hidup dari telur hingga menjadi imago membutuhkan waktu hanya 7 hari
· Dihari pertama telah muncul telurdengan ciri ciri berwarna putih dan memiliki tangkai sepasasang di bagian anterior
· Dihari kedua telah terbentuk larva instar 1 berwarna kuning dan mulai bergerak
· Larva instar 2 terbentuk dihari ketiga,ukurannya lebih besar dan terdapat spirakel
· Dihari keempat telah terbentuk larva instar 3 ada tonjolan sedikit di bagian anterior
· Menjadi prepupa yang berwarna agak putih pada hari kelima.bentuk tubuhnya telah berkembang,terlihat seperti sekat sekat di bagian abdomen
· Pupa terbentuk dihari keenam,pupa ini menempel pada dinding botol,tidak bergerak dan diam sebagai persiapan menuju proses metamorphosis menjadi lalat dewasa. Kepala,abdomen,sekat tubuh nampak keseluruhan warna kecoklatan
· Pada botol kultur terdapat media yabg digunakan sebagai makanan bagi Drosophila melanogaster. Media ini terbuat dari bahan utama pisang dan tape atau ragi.
· Kertas saring atau kertas pupasi juga diletakkan di atas media yang tujuannya adalah sebagai tempat melekatnya pupa-pupa selain itu kertas ini berfungsi untuk menyerap air atau cairan yang berlebih dimedia.
DAFTAR PUSTAKA
· Anonim.http://zarzen.wordpress.com/2008/09/27/siklus-hidup-drosophila/diakses pada 25 Desember 2011
· Anonim.http://afreedabio.blogspot.com/2009/08/identifikasi-tangkapan-dari-daerah.html diakses pada 25 Desember 2011
· (Ashburner, Michael. 2002. Drosophila Genomics and Speciation. http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner. diakses tanggal 14 Maret 2010
· Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
· Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjdjaran.
· Suryo, 2005. Genetika Strata 1.Yogyakarta: Gajah MAda University Press
cantik pinter...
BalasHapus